Mediaex palu — Zikir bersama peringati tujuh tahun bencana di Palu Suasana khidmat menyelimuti Kota Palu, Sulawesi Tengah, ketika ribuan warga menggelar zikir bersama untuk memperingati tujuh tahun bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi yang melanda pada 28 September 2018 silam. Acara ini menjadi momen doa, refleksi, sekaligus pengingat bagi seluruh masyarakat agar terus waspada dan memperkuat solidaritas.
baca juga: OnThisDay: 7 Tahun Tragedi Palu-Donggala, Ribuan Tewas dalam Gempa, Tsunami, dan Likuefaksi
Zikir bersama Mengenang Tragedi
Pada 2018 lalu, gempa berkekuatan 7,4 magnitudo disertai tsunami dan likuefaksi mengguncang Palu, Donggala, dan Sigi. Ribuan nyawa melayang, puluhan ribu warga kehilangan tempat tinggal, sementara trauma mendalam masih dirasakan hingga kini.
Dalam peringatan tujuh tahun ini, para peserta zikir tampak larut dalam doa bersama. Lantunan ayat suci Al-Qur’an dan dzikir menggema di lokasi acara, seolah menjadi pengingat betapa rapuhnya manusia di hadapan takdir.
Kehadiran Pemerintah dan Tokoh Masyarakat
Acara peringatan dihadiri oleh pejabat pemerintah daerah, tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga keluarga korban. Gubernur Sulawesi Tengah dalam sambutannya menyampaikan bahwa peringatan bukan hanya untuk mengenang duka, tetapi juga momentum untuk bangkit.
“Kita berdoa untuk saudara-saudara kita yang telah tiada, sekaligus merenungkan apa yang sudah kita capai dalam proses pemulihan. Palu harus terus bangkit dengan semangat kebersamaan,” ujarnya.
Zikir sebagai Ruang Pemulihan
Bagi banyak warga, zikir bersama bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan juga terapi kolektif. Rasa kehilangan dan trauma yang membekas sedikit demi sedikit diobati dengan kebersamaan dan doa.
Seorang warga yang hadir mengaku masih teringat jelas detik-detik bencana. “Sampai sekarang kalau ada gempa kecil saja, kami masih panik. Tapi dengan doa bersama begini, hati jadi lebih tenang,” ucapnya.
Pesan Kebersamaan dan Kesiapsiagaan
Para tokoh mengingatkan bahwa Palu berada di kawasan rawan gempa dan tsunami, sehingga masyarakat harus selalu siap siaga.
“Kita tidak boleh lupa, tapi juga tidak boleh hanya larut dalam duka. Kesiapsiagaan adalah kunci agar tragedi tidak kembali memakan banyak korban,” katanya.
Penutup
Tujuh tahun berlalu, luka Palu memang belum sepenuhnya hilang. Namun, melalui zikir bersama, warga berusaha menguatkan diri dan merawat ingatan. Bencana 28 September 2018 bukan hanya catatan kelam, tetapi juga titik awal bagi kebangkitan dan solidaritas masyarakat Sulawesi Tengah.





